Langsung ke konten utama

Unggulan

Tahun Lepas, Laut Berakhir

Aku ingin membebaskanmu, serupa melepaskan tahun dari penjara waktu, menjadikan tanggal dan bulan tak berarti, sehingga tahun bebas menentukan akhirnya sendiri, Aku ingin membebaskanmu, telah ku katakan juga pada laut, berakhirlah semua batas dalam peta, dan kau bebas mengarunginya suka-suka, Aku ingin membebaskanmu, Aku akan membebaskanmu, Aku akan melepaskan tahun dan mengakhiri laut untukmu.

Kota Ini Bukan Hanya Tentang Susunan Kata-kata Indah

 

Penghujung tahun dan musim penghujan adalah waktu yang tepat untuk melihat kota ini secara autentik. Langit yang mendung, udara yang dingin, dengan kabut yang sesekali hinggap di awal hari, berhasil membawa saya pada ingatan yang ada di benak kepala sedari kecil, tentang gambaran kota yang penuh nilai sentimentil. Setiap jalan yang pernah dilalui, setiap sudut yang pernah dipenuhi, setiap hirupan udaranya yang penuh adiksi. Bandung yang seperti ini memaksa saya mentolerir banyak kekurangannya.

Kota ini dan musim penghujan sepertinya memang diciptakan untuk saling mengisi. Menempel dengan erat serupa paru-paru dan nikotin. Musim penghujan membuat kota ini menunjukan wajah aslinya. Wajah yang selama ini tersembunyi di balik kata-kata indah yang terpampang besar-besaran di dinding jalan asia afrika. Tempat yang membuat setiap turis yang datang akan tertarik untuk berfoto, mempercayai bahwa kota ini memang seindah kata-kata yang ada di sana.

Namun bagi saya, dinding dengan tulisan kata-kata romantisme kota itu tak ubahnya seperti batu nisan yang tertancap sebagai pertanda meninggalnya kota ini, dengan siraman air doa berupa air banjir dari luapan drainase yang tak berfungsi dan taburan bunga yang berupa keruwetan jalan tepat di atas pemakamannya, praktis saya tak pernah menemukan Bandung lagi sejak saat itu.

Terkadang dalam beberapa waktu, saya dengan sengaja berkeliling kota, berharap menemukan beberapa serpihan dalam sudut jalan atau lorong-lorong gang kecil yang dapat membuat saya mengenalnya kembali. Lalu perlahan harapan saya pun turut semakin meredam, menerima dengan sukarela bahwa saya tak dapat lagi menikmati atau hanya sekedar menemui kota yang selalu ada di benak saya sedari kecil. Bandung hari ini adalah kota yang berbeda.

Maka apa yang terlihat saat ini adalah hanya romantisme kota yang ada pada sebatas kata-kata indah di ruang media sosial. Dan satu-satunya cara terbaik untuk menikmati kota ini adalah dengan tidak menikmatinya, membuang jauh-jauh anggapan bahwa kota ini tak berubah. Akui saja bahwa kota ini memang telah mati, hingga nanti di penghujung tahun musim penghujan kau temukan kota ini dari balik persembunyian dan romantisme palsunya.

Setiap tahunnya, desember selalu berhasil membuat saya merasa berhutang, sebab ia telah membawa kota yang ada di benak kembali. Hingga pada akhirnya ada yang disadari; bahwa kota ini memang tidak akan terganti, selalu ada alasan untuk memaafkannya, selalu ada serpihan tentang kota ini yang mampu menusuk mata hingga membuat orang buta tentang hal buruknya.

 

Penghujung tahun 2022

Komentar