Langsung ke konten utama

Unggulan

Tahun Lepas, Laut Berakhir

Aku ingin membebaskanmu, serupa melepaskan tahun dari penjara waktu, menjadikan tanggal dan bulan tak berarti, sehingga tahun bebas menentukan akhirnya sendiri, Aku ingin membebaskanmu, telah ku katakan juga pada laut, berakhirlah semua batas dalam peta, dan kau bebas mengarunginya suka-suka, Aku ingin membebaskanmu, Aku akan membebaskanmu, Aku akan melepaskan tahun dan mengakhiri laut untukmu.

Sheila On 7 dan Masa Muda Ibu

 Alarm handphone telah mati saat saya terbangun pada pukul 09.00, untungnya hari ini adalah jadwal libur, jadi saya tak perlu kaget atau lari terburu-buru menuju kamar mandi untuk bersiap pergi ke kantor. Lagi pula, tak ada salahnya untuk sesekali tak tepat waktu, bangun tak teratur dan mengisi hari dengan malas-malasan. Sebab, itulah kegitan yang telah saya rencanakan untuk hari ini: Bermalas-malasan.

 

Rencana itu saya buktikan dengan sungguh-sungguh. 2 jam berselang setelah bangun, saya masih bersikeras untuk tetap bertahan di atas tempat tidur, menyender ke tembok dan terus scrolling sosial media guna memantau siapa tau semalam Jokowi mendapatkan surprise berupa kudeta. Sedihnya, sursprise itu tak pernah ada.

 

Hingga tiba-tiba notif whatsapp muncul di atas layar handphone. Pesan yang berupa kalimat tanya dari salah satu pegawai di tempat magang mengagetkan saya.

 

“kamu suka Sheila on 7 gak?”

 

Astaga, pertanyaan ini mengagetkan sebab mencurigakan dalam hal baik. Tak lama dari pesan terbaca, saya jawab dengan jelas ya saya (sangat) suka Sheila On 7. Bahkan mungkin jika saat itu diperbolehkan, saya akan bercerita banyak tentang band ini, termasuk bahwa saya tak kebagian tiketnya ketika war tiket, juga sekarang kehabisan uang untuk beli tiketya dari calo yang kadang menawarkan harga tinggi tak waras itu.

 

Lalu pesan balasannya tak kalah mengejutkan, jauh lebih mengejutkan dibanding jika saya mendengar kabar bahwa semalam memang nyata Jokowi berhasil dikudeta. Pesan balasannya adalah tawaran untuk meliput Konser Sheila On 7 di hari itu juga. Konsernya akan dimulai 3 jam lagi.

 

Tanpa pikir panjang saya ambil tawaran itu. Bahkan saya lupa rencana awal saya untuk bermalas-malasan seharian. Persetan jika saya adalah lelaki yang tak bisa menyelesaikan rencananya. Jika memang tak ada salahnya untuk bermalas-malasan, maka menerima tawaran menonton Sheila On 7 bagi saya adalah kebenaran yang mutlak.

 

Saya beranjak dari kasur, pergi keluar kamar menemui Ibu dan memberi tahunya bahwa sebentar lagi saya akan menonton langsung Sheila On 7. Ucapan tersebut bukanlah bentuk izin, saya hanya ingin memberitahunya bahwa anaknya akan menonton langsung band yang ia juga gemari sedari muda.

 

Sesuai dugaan, ia meracau mempertanyakan kenapa bisa, lalu tak lupa meminta ikut menonton. Reaksi yang persis sama dikeluarkan ketika saya membeli kaos Sheila On 7 dan dia memintanya beberapa tahun silam. Katanya, Sheila On 7 adalah band zaman dia, sudah seharusnya dia juga ikut pergi.

 

Saya jadi ingat ceritan masa mudanya bahwa ia dan seorang kawan perempuan di sekolahnya pernah berkeliling Bandung hanya untuk mencari kaset Sheila On 7. Menyambangi satu per satu toko kaset di Kota Bandung selama seharian. Memang cukup sulit menemukan kaset band ini di tengah gempuran kaset band asli Bandung yang merajalela saat itu. Terlebih, Ibu bukanlah seseorang yang teramat menyukai musik secara umum, relasi serta informasi yang ia ketahui mengenai tempat penjualan kaset musik di Bandung pun jadi sangat terbatas.

 

Hingga akhirnya di salah satu toko musik di daerah dago, mereka menemukannya, namun sialnya kaset yang mereka incar tersebut hanya tersisa satu. Tak ada pilihan, mereka membelinya untuk berdua. Sepanjang waktu kaset disimpan secara bergantian, kadang seminggu sekali, kadang sebulan sekali, kadang seingetnya aja. Kaset berpindah-pindah di dua rumah mereka saja.

Lalu sampailah pada suatu titik dimana mereka berdua lupa siapa yang terakhir menyimpan kaset tersebut. Masing-masing di antara mereka berdua tak ada yang menemukan kasetnya di rumah. Kaset tersebut raib dan tak pernah lagi ditemukan hingga saat ini.

 

Namun Ibu tetaplah penyuka Sheila On 7, ia selalu ikut bernyanyi jika saya memutar lagu dari band ini di rumah. Tak jarang ia bertanya apakah band dari jogja ini sudah mengeluarkan lagu barunya lagi atau juga masih memuji Duta yang tetap keliatan muda hingga saat ini. Padahal ia tumbuh bersama-sama, tapi mengapa hanya ia yang terlihat tua katanya (untuk yang satu ini saya tak menyepakatinya. Mana mungkin perempuan secantik Ibu terlihat tua).

 

Sayang sekali saya tak bisa membawanya ke konser tersebut. Saya hanya memiliki satu Id Media untuk masuk, itu pun saya datang bukan sekadar menikmati konser, melainkan juga bekerja. Sepertinya ini memang rejeki individual saya, dikirim secara khusus oleh mikail hanya atas nama saya seorang.

 

Saya pun bersiap, meski seharusnya hari ini adalah jadwal libur, tetap masuk dan mendapatkan liputan dadakan seperti ini rasanya jauh lebih menyenangkan dari pada libur.

 

Apa itu malas-malasan? Konser Sheila On 7 udah nunggu buat disimpen di ingatan inti tuh,

cepet berangkat!! Bergerak!!!

 

 

 

 

 

 

Komentar